Awan-awan mimpi

Langkah kakimu menjauh sudah
Tinggalkan jejak di atas pasir Jejak-jejak yang jelas tercetak di sana
Hingga ombak menyapu pantai
Dan sekejab semua hilang seiring sirnanya bayangmu

Dan engkau masih menyisakan Banyak tanda tanya dalam hatiku Mengapa dan ke mana engkau melabuhkan kapalmu?
Sedang dermaga yang pernah kau singgahi
Pernah melena mimpimu dalam peraduan kasih

Merindumu

Malam kian larut sayang
Dan aku hanya ditemani suara jangkrik bernyanyi
Dingin embun yang mulai turun ke bumi
Dan sendunya bulan mengintip dari balik mega
Aku nikmati suasana ini

Mencintaimu

Apa yang harus ku tuliskan?
Seribu kata-kata tersumbat di otakku
Perasaan, emosi dan keinginan Bergelut keras di kepalaku
Apa yang tengah menyerangku? Jantungku berdegup kencang saat menyebut namamu
Hatiku terenyuh kala mengenang dirimu
Bahkan mataku berair saat menatap wajah ketusmu
Apa yang tengah mengusikku?

Doaku mengalun sepanjang malam
Teriring isak pilu karena rindu yang tertahan
Namun keegoisan membendung semua impian
Hingga tergantunglah segala kesempatan
Kesempatan untuk mencintaimu

Engkau dan aku

Engkau pernah mabuk pada anggur cinta
Bermandikan cahaya bulan nan lembut
Engkau menari mengitariku
Redup matamu dan goyah tubuhmu
Seakan engkau memaksa jiwamu ‘tuk merayuku

Kupu-kupu malam

Kemarin,
ia masih bersimpuh di hadap Ilahi
meneteskan peluh dan air mata
menghiba pada suratan takdir
nasib dikandung badan tak sesuai keinginan

Kemarin,
ia masih menyulam kisah pahit nan tragis
langit yang berkabut kemalangan
dan bumi yang terus menjerit
rasa dahaga pada arti sebuah bahagia
sesuatu yang sulit untuk digenggam jiwa