Kupu-kupu malam

Kemarin,
ia masih bersimpuh di hadap Ilahi
meneteskan peluh dan air mata
menghiba pada suratan takdir
nasib dikandung badan tak sesuai keinginan

Kemarin,
ia masih menyulam kisah pahit nan tragis
langit yang berkabut kemalangan
dan bumi yang terus menjerit
rasa dahaga pada arti sebuah bahagia
sesuatu yang sulit untuk digenggam jiwa

Jancok

Mengerti dunia tak terkendali
Merintih menangis tersandung keegoisan,
Yang membentang di dalam diri…

Ahk…
Hidupmu,
Hidupku,
Hidup mereka,
Basah oleh keegoisan,
Terbakar oleh keangkara murkaan
Dan setan bertepuk riang

Optimis

Perahunya terkatung-katung di lautan
Layar tersobek angin kencang
Dan buritannya retak terhantam badai
Namun, ombak mengombang-ambingkannya ke sana kemari
Mendorongnya hingga kian jauh ke samudera
Sungguh malang…
Namun siapa menduga?
Sebuah gelombang pasang yang besar
Menggulungnya mencampakkannya jauh sekali
Terhempas ke pulau subur berpenghuni
Sejuta senyum menyambutnya di sini
Siapa menduga?
Apapun deritamu kemarin dan hari ini
Akan ada jalan keluar untukmu
Meski datangnya tiba-tiba tanpa terduga
Meski putus asa sempat meraja
Yakinlah, semua masalah ada jalan keluarnya….

Tiga anak kecil

Tiga anak kecil yang kumuh
Bergandengan tangan di trotoar
Berlari kecil menapak jalan
Tanpa kasut tanpa merasa lelah
Tertawa riang tertimpa mentari
Dan debu kasar menerpa raga

Dusta dan nista

Senyum beracun menghias rupa
melenggang meliukkan raga
Harum tubuh membius jiwa
dibungkus kulit licin berkilau
dan nyala nafsu membara
aduhai elok nian dikau